Pencekalan kepada band Sukatani di duga kuat berhubungan dengan lagu-lagu yang mereka usung dalam penampilan panggung. Band asal daerah tersebut di kenal sebagai grup musik yang selalu menyuarakan kritik sosial dan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Lirik-lirik menusuk dalam lagu mereka di nilai sangat berani dan menyinggung kalangan-kalangan tertentu, terutama yang berhubungan dengan institusi pemerintah. Keberanian band ini dalam membawa isu-isu sensitif menjadi salah satu alasan penting pencekalan di sejumlah acara. Lagu-lagu yang mereka bawakan seakan menjadi gambaran untuk masyarakat tentang realitas yang selama ini jarang di ekspos.
Beberapa lagu yang di nilai menjadi penyebab pencekalan di antaranya berisi tema mengenai korupsi, penindasan rakyat kecil. Dengan bahasa simpel namun jelas, Sukatani menyampaikan suara-suara kaum marginal yang selama ini terpinggirkan. Mengetahui Pencekalan Band Sukatani Dari Lagu Yang Di Bawakan. Seperti “Bayar Bayar Bayar” dan “Janji Palsu” menjadi lambang protes terhadap perbuatan-perbuatan korupsi yang merajalela. Melalui musik, band ini mampu membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melawan ketidakadilan. Namun, hal ini justru di nilai sebagai ancaman untuk pihak-pihak yang merasa tersindir oleh lirik tersebut.
Pencekalan band Sukatani mencerminkan bahwa kebebasan berekspresi di Indonesia tetap di ancam oleh sejumlah tekanan. Musik sewajarnya menjadi wadah untuk menyampaikan aspirasi tanpa rasa takut, bukan justru di bungkam hanya karena berbeda pandangan. Larangan tampil untuk band ini seolah memperlihatkan bahwa kritik yang di lontarkan lewat seni di nilai lebih berbahaya. Situasi ini menegaskan bahwa demokrasi tidak sepenuhnya berjalan secara ideal. Apabila kebebasan berekspresi tetap di tekan, maka suara-suara kritis warga negara akan semakin sulit di dengar. Dukungan dari sejumlah pihak sangat di inginkan agar musik tetap menjadi media penyampaian aspirasi tanpa harus mengkhawatirkan ancaman pencekalan.
Sang Vokalis Yang Berprofesi Sebagai Guru Sampai Di Pecat
Kasus pencekalan band Sukatani semakin menjadi perhatian publik setelah Sang Vokalis Yang Berprofesi Sebagai Guru Sampai Di Pecat. Novi Citra Indriyati, di beritakan di pecat dari profesinya sebagai pengajar. Novi yang selama ini di kenal menjadi sosok pendidik sekaligus aktivis seni, di duga kehilangan pekerjaannya karena lagu tersebut. Pemecatan ini menciptakan kontroversi besar karena di nilai sebagai bentuk penindasan terhadap kebebasan berekspresi. Padahal, dalam negara demokrasi, setiap warga negara berhak memberikan pendapat tanpa harus takut kehilangan mata pencaharian.
Novi Citra Indriyati selama ini aktif mendidik di salah satu sekolah swasta di daerahnya. Selain bekerja sebagai guru, ia juga di kenal vokal dalam menyampaikan isu-isu sosial lewat musik. Lagu-lagu yang di nyanyikannya bersama Sukatani kerap mengusung tema mengenai ketidakadilan, hak asasi manusia, sampai kritik kepada kebijakan pemerintah. Salah satu lagu yang di nilai menjadi penyebab pemecatannya ialah “Bayar Bayar Bayar”. Berisi sindiran jelas terhadap para penguasa yang sekedar mementingkan keinginan pribadi. Lagu ini di nilai terlalu berani dan menyinggung kelompok tertentu, sehingga membuat posisi Novi di tempat kerjanya menjadi terancam.
Pemecatan Novi Citra Indriyati menambah daftar panjang pelarangan kepada suara-suara kritis di Indonesia. Tindakan ini memperlihatkan bahwa kebebasan berekspresi masih menatap banyak hambatan, bahkan untuk mereka yang memakai seni sebagai wadah perjuangan. Sebagai seorang guru, Novi sewajarnya menjadi contoh untuk siswa-siswinya dalam membangun nilai-nilai kejujuran dan keberanian. Namun, pilihan untuk memecatnya justru menggambarkan bahwa keberanian untuk menyuarakan kebenaran masih di nilai sebagai ancaman. Kasus ini menjadi gambaran bagaimana demokrasi di Indonesia belum sepenuhnya memberikan ruang untuk kebebasan beraspirasi.
Akhirnya Grup Tersebut Bisa Kembali Tampil
Setelah mendapat protes netizen akibat pencekalan dan pemecatan sang vokalis Novi Citra Indriyati. Band Sukatani Akhirnya Grup Tersebut Bisa Kembali Tampil di atas panggung. Kembalinya band ini di sambut gembira oleh seluruh penggemarnya yang sedari awal mendukung perjuangan mereka dalam menyuarakan kritik sosial. Namun, walau di izinkan kembali tampil, terdapat syarat yang di anggap membatasi kebebasan mereka. Yakni larangan menyanyikan lagu “Bayar Bayar Bayar”. Lagu tersebut di nilai sebagai penyebab utama pencekalan karena liriknya yang berisi sindiran keras kepada kinerja kepolisian terkait pungutan liar.
“Bayar Bayar Bayar” menjadi lagu terkenal dari band Sukatani yang cukup banyak di dengarkan oleh publik. Liriknya mencerminkan bagaimana rakyat kecil kerap di tuntut membayar segala sesuatu supaya polisi bertindak, jika tidak maka sulit. Sementara pelayanan yang di berikan kepolisian seharusnya menjadi tugas pokok lembaga tersebut. Lagu ini di nilai sangat sesuai dengan keadaan sosial saat ini, yang mana ketidakadilan segala bidang terasa. Namun, keberanian Sukatani dalam menyuarakan keresahan masyarakat justru membuat lagu ini di nilai sebagai ancaman untuk pihak-pihak tertentu.
Meski di batasi, kembalinya Sukatani ke panggung menjadi lambang kemenangan kecil untuk kebebasan berekspresi. Publik menganggap bahwa suara rakyat tidak dapat di bungkam sepenuhnya. Band ini tetap serius untuk menyuarakan kebenaran lewat musik, walaupun harus memperoleh sejumlah tekanan. Kasus Sukatani menjadi alarm bahwa seni merupakan salah satu instrumen perjuangan yang terbilang efektif untuk menyuarakan ketidakadilan. Larangan kepada lagu “Bayar Bayar Bayar” seharusnya tidak menghalangi semangat kebebasan berekspresi, melainkan memotivasi masyarakat memperjuangkan kebenaran. Demikianlah penjelasan tentang Pencekalan Band Sukatani.