News
4 Fakta Utama Jam Gadang Ikon Bukittinggi
4 Fakta Utama Jam Gadang Ikon Bukittinggi

4 Fakta Utama Jam Gadang Ikon Bukittinggi Yang Di Klaim Berdentang 12 Kali Pada Jam Tertentu Yaitu Pukul Dua Belas. Selamat siang, dunsanak (saudara) dan para pecinta sejarah Indonesia! Jika anda pernah berkunjung ke Sumatera Barat, mustahil melewatkan ikon megah yang menjulang di jantung kota Bukittinggi: Jam Gadang. Dan menara jam yang sering di juluki “kembaran” Big Ben ini bukan sekadar penanda waktu atau spot foto wajib. Terlebih ia adalah saksi bisu perjalanan waktu dan identitas budaya Minangkabau. Namun, tahukah Anda bahwa di balik arsitekturnya yang khas dan sejarah kolonialnya, Jam Gadang menyimpan 4 Fakta Utama yang unik. Terlebih yang jarang terungkap oleh mata wisatawan biasa? Hari ini, kita akan membongkar tuntas rahasia di balik ikon ini. Bersiaplah, karena setelah membaca ini, kunjungan anda berikutnya ke Bukittinggi akan terasa jauh lebih bermakna!
Mengenai ulasan tentang 4 Fakta Utama Jam Gadang ikon Bukittinggi telah di lansir sebelumnya oleh kompas.com.
Di Bangun Sebelum Indonesia Merdeka
Hal ini merupakan salah satu ikon sejarah Indonesia yang memiliki nilai arsitektur dan simbolik tinggi. Terlebih fakta bahwa bangunan ini di bangun sebelum Indonesia merdeka menjadi bagian penting dari kisahnya. Pembangunannya di mulai pada tahun 1926, pada masa penjajahan Belanda. Serta yang atas perintah Ratu Belanda sebagai hadiah untuk sekretaris kota (controleur) saat itu. Jam ini didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda. Dan juga di rancang oleh arsitek Yazid Abidin bersama asistennya, G.T. Hendrick. Pembangunan Jam Gadang bukan sekadar proyek kota. Namun melainkan bentuk representasi kekuasaan kolonial Belanda di wilayah Sumatera Barat. Menariknya, seluruh proses pembangunannya tidak menggunakan semen atau besi. Akan tetapi melainkan hanya campuran kapur, pasir putih. Dan juga dengan warna putih telur. Terlebihnya sebuah teknik arsitektur tradisional yang membuktikan keahlian para pekerja lokal di masa itu.
4 Fakta Utama Jam Gadang Ikon Bukittinggi Yang Berdentang 12 Kali Tiap Jam 12.00
Kemudian juga masih membahas 4 Fakta Utama Jam Gadang Ikon Bukittinggi Yang Berdentang 12 Kali Tiap Jam 12.00. Dan fakta lainnya adalah:
Hadiah Dari Ratu Belanda
Hal ini adalah bahwa menara jam ikonik ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda. Pemberian ini bukan sekadar simbol keramahan. Namun melainkan juga bentuk penghargaan sekaligus tanda kekuasaan kolonial Belanda di Hindia Belanda pada masa itu. Hadiah tersebut di berikan kepada sekretaris kota (controleur) Bukittinggi. Terlebih yang saat itu menjabat sebagai pejabat administratif penting di bawah pemerintahan kolonial. Jam Gadang di bangun pada tahun 1926, ketika Belanda masih berkuasa di Indonesia. Proyek ini di danai langsung oleh pemerintah kolonial Belanda. Dan rancangan jamnya di kirim dari Rotterdam, Belanda, lengkap dengan mesin jam yang sangat langka. Mesin jam tersebut di buat oleh perusahaan Vortmann Recklinghausen, Jerman. Serta pabrikan yang juga memproduksi mekanisme jam untuk Big Ben di London. Fakta ini membuat Jam Gadang menjadi salah satu menara jam paling istimewa di Asia Tenggara.
Sebagai hadiah dari Ratu Belanda, Jam Gadang memiliki makna politik dan sosial tersendiri. Ia menjadi simbol modernitas dan kekuasaan kolonial, menunjukkan bagaimana pengaruh Belanda menyentuh hingga wilayah Sumatera Barat. Namun seiring waktu, maknanya berubah. Setelah Indonesia merdeka, Jam Gadang justru di ubah menjadi simbol kebanggaan rakyat Bukittinggi dan ikon budaya Minangkabau. Hal ini tampak jelas pada perubahan atap menaranya. Terlebihnya dari kubah bergaya Eropa menjadi atap gonjong khas Minangkabau yang melambangkan jati diri dan kemandirian bangsa. Kini, setiap kali jarum jam menunjukkan pukul 12.00, lonceng besar di puncak menara berdentang 12 kali. Dan menandakan waktu siang sekaligus menjadi suara bersejarah yang mengingatkan masyarakat akan warisan masa kolonial. Serta yang telah bertransformasi menjadi lambang kemerdekaan dan identitas lokal. Dengan demikian, Jam Gadang memang tidak sekadar hadiah dari Ratu Belanda.
4 Realitas Jam Gadang, Mesin Waktu Unik
Selain itu, masih membahas 4 Realitas Jam Gadang, Mesin Waktu Unik. Dan fakta lainnya adalah:
Mesin Jam Dari Jerman
Hal ini adalah bahwa mesin jamnya berasal dari Jerman, tepatnya buatan perusahaan Vortmann Recklinghausen. Mesin jam ini tergolong sangat langka dan bernilai historis tinggi. Karena di buat secara manual tanpa menggunakan sistem listrik maupun digital. Bahkan hingga kini masih berfungsi dengan baik. Perusahaan Vortmann Recklinghausen di kenal sebagai pembuat mesin jam monumental pada awal abad ke-20. Dan hanya memproduksi beberapa unit di dunia. Mesin serupa juga di gunakan pada Big Ben di London. Serta yang menunjukkan betapa istimewanya Jam Gadang di mata dunia. Mesin tersebut bekerja dengan sistem penggerak roda gigi dan pemberat logam yang di kendalikan secara mekanik. Sehingga membutuhkan perawatan dan ketelitian tinggi dalam pengoperasiannya. Mesin jam ini di bawa langsung dari Rotterdam, Belanda, pada tahun 1926. Terlebih bersamaan dengan pembangunan Jam Gadang sebagai hadiah dari Ratu Belanda.
Tentunya untuk sekretaris kota Bukittinggi. Pemasangannya dilakukan dengan sangat hati-hati oleh teknisi Belanda. Dan pekerja lokal yang ahli dalam konstruksi tradisional. Uniknya, seluruh struktur bangunan Jam Gadang tidak menggunakan semen atau besi, melainkan hanya campuran kapur, pasir putih, dan putih telur. Akan tetapi tetap mampu menopang mekanisme jam yang berat dan rumit tersebut hingga lebih dari seabad. Ketepatan mesin buatan Jerman ini menjadi alasan mengapa hingga kini Jam Gadang masih berdentang tepat setiap pukul 12.00 dengan 12 kali bunyi lonceng. Dan sama seperti jam besar Eropa pada umumnya. Dentangan itu tak hanya menjadi penanda waktu, tetapi juga penanda sejarah. Karena setiap bunyinya seakan mengingatkan masyarakat akan kehebatan teknologi masa lampau yang berpadu. Terlebihnya dengan nilai budaya dan sejarah bangsa. Dengan keberadaan mesin Jerman ini, Jam Gadang satu ini bukan sekadar bangunan ikonik. Namun juga warisan teknologi klasik yang langka.
4 Realitas Jam Gadang, Mesin Waktu Unik Yang Punya Banyak Cerita
Selanjutnya juga masih membahas 4 Realitas Jam Gadang, Mesin Waktu Unik Yang Punya Banyak Cerita. Dan fakta lainnya adalah:
Berdentang Tiap 30 Menit
Hal ini adalah dentangan loncengnya yang berbunyi secara teratur setiap 30 menit. Sistem dentangan ini merupakan warisan mekanisme jam klasik Eropa abad ke-19. Terlebih yang di rancang agar masyarakat dapat mengetahui waktu tanpa harus melihat langsung ke arah jarum jam. Dengan demikian, Jam Gadang tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu visual. Akan tetapi juga sebagai penanda waktu auditori yang bisa di dengar di seluruh pusat kota Bukittinggi. Mekanisme ini bekerja berkat sistem roda gigi. Dan pemberat yang di atur dengan sangat presisi dalam mesin jam buatan Vortmann Recklinghausen, Jerman. Setiap setengah jam, palu besi di dalam menara akan memukul lonceng besar. kemudian menimbulkan bunyi berdentang yang khas dan bergema hingga ke penjuru kota. Ketika waktu menunjukkan pukul penuh. Misalnya pukul 12.00 siang lonceng akan berdentang sebanyak 12 kali.
Kemudian menandakan jumlah jam yang sedang berlangsung. Sedangkan pada menit ke-30, lonceng hanya berdentang satu kali sebagai tanda waktu setengah jam. Dentangan tiap 30 menit ini menjadi ciri khas Jam Gadang yang menggabungkan fungsi praktis dan simbolik. Di masa penjajahan Belanda, bunyi ini berfungsi untuk membantu masyarakat setempat, pedagang. Serta pejabat kolonial mengetahui waktu kerja atau jam kegiatan. Namun kini, dentangan tersebut lebih dari sekadar penanda waktu. Terlebih ia menjadi suara sejarah yang membangkitkan nostalgia dan identitas kota Bukittinggi. Menariknya, sistem mekanik Jam Gadang masih beroperasi secara manual hingga sekarang. Para penjaga jam di Balai Kota Bukittinggi rutin melakukan perawatan. Tentunya dengan menaikkan pemberat dan memastikan mekanisme gigi tetap berjalan lancar. Terlebihnya agar dentangan tetap terdengar sempurna setiap 30 menit.
Jadi itu dia sepenggalan cerita Jam Gadang ikon Bukittinggi terkait dari 4 Fakta Utama.