News
Mebel Tertekan: Rupiah Melemah, Tarif Impor Naik
Mebel Tertekan: Rupiah Melemah, Tarif Impor Naik

Mebel Tertekan: Rupiah Melemah, Tarif Impor Naik Yang Menjadi Faktor Penyebab Utamanya Dan Membuat Anjlok Pasar. Halo para pelaku usaha dan pengamat ekonomi! Industri satu ini tentunya di Indonesia. Terlebih yang di kenal dengan kualitas kayu dan kerajinan tangannya yang mendunia. Namun kini berada dalam situasi yang sangat sulit. Mereka tidak hanya menghadapi satu tantangan. Dan melainkan dua pukulan telak yang datang bersamaan. Serta mengancam daya saing bisnis. Ini adalah kondisi di mana Mebel Tertekan dari dua arah yang berbeda. Pukulan pertama datang dari dalam negeri: pelemahan kurs Rupiah. Rupiah yang jatuh membuat biaya impor bahan baku. Tentunya seperti pelapis, perangkat keras, dan mesin melonjak drastis. Sehingga harga pokok produksi pun ikut membengkak. Mari kita telaah lebih lanjut bagaimana industri unggulan ini berjuang untuk bertahan di tengah tekanan ekonomi yang masif ini.
Mengenai ulasan tentang Mebel Tertekan: rupiah melemah, tarif impor naik telah di lansir sebelumnya oleh kompas.com.
Dampak Pelemahan Rupiah
Hal ini memberikan tekanan signifikan bagi industri mebel dan kerajinan Indonesia. Banyak bahan baku yang di gunakan dalam produksi. Tentunya seperti kain, bahan kimia, dan suku cadang. Serta di impor dengan mata uang asing. Ketika rupiah melemah, biaya impor meningkat sehingga biaya produksi furnitur dan kerajinan ikut naik. Hal ini menurunkan margin keuntungan produsen. Dan juga membuat produk Indonesia kurang kompetitif di pasar internasional. Selain itu, kenaikan biaya produksi juga dapat menimbulkan tekanan inflasi domestik. Kemudian meningkatkan biaya operasional, dan menurunkan daya beli konsumen di dalam negeri. Di sisi lain, pelemahan rupiah dapat memberikan keuntungan bagi ekspor. Produk furnitur Indonesia menjadi lebih murah dalam mata uang asing. Sehingga lebih kompetitif di pasar global. Penerimaan ekspor dalam rupiah pun meningkat. Karena nilai tukar yang menguntungkan. Namun, keuntungan ini seringkali tereduksi oleh tingginya biaya impor bahan baku. Maka tantangan semakin berat.
Mebel Tertekan: Rupiah Melemah, Tarif Impor Naik Yang Cukup Mengkhawatirkan
Kemudian juga masih membahas Mebel Tertekan: Rupiah Melemah, Tarif Impor Naik Yang Cukup Mengkhawatirkan. Dan fakta lainnya adalah:
Dampak Tarif Impor AS
Tentu hal ini menjadi tekanan tambahan bagi industri mebel Indonesia yang saat ini sedang menghadapi pelemahan rupiah. AS merupakan pasar utama ekspor furnitur Indonesia, dengan kontribusi sekitar 54%. Terlebihnya untuk produk furnitur dan 44% untuk kerajinan. Mulai Oktober 2025, AS memberlakukan tarif impor baru sebesar 50% untuk produk lemari dapur. Dan juga meja rias kamar mandi. Serta 30% untuk furnitur berlapis kain. Kebijakan ini menyebabkan harga produk Indonesia di pasar AS naik secara signifikan. Sehingga menurunkan daya saingnya. Jika di bandingkan negara pesaing seperti Vietnam dan China. Dampak utama dari tarif impor ini adalah potensi penurunan permintaan ekspor. Setiap kenaikan tarif 1% berpotensi mengurangi impor AS sebesar 0,8%. Maka kenaikan tarif yang besar dapat menyebabkan penurunan permintaan produk furnitur Indonesia hingga 40%. Penurunan ini berdampak langsung pada volume ekspor, pendapatan industri.
Dan kemampuan produsen untuk mempertahankan produksi dalam skala yang menguntungkan. Selain itu, tarif impor membuat strategi ekspor menjadi lebih rumit. Produsen harus mempertimbangkan peningkatan harga jual agar dapat menutupi tarif. Serta yang pada akhirnya dapat membuat produk Indonesia kurang kompetitif. Jika di bandingkan furnitur dari negara lain yang tidak terkena tarif sebesar itu. Hal ini menimbulkan tekanan tambahan bagi produsen yang sudah menghadapi biaya produksi tinggi akibat pelemahan rupiah. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menilai bahwa untuk menghadapi tekanan ini. Dan perlu adanya dukungan pemerintah berupa promosi produk di pasar global, deregulasi ekspor. Serta insentif fiskal untuk meringankan biaya produksi dan meningkatkan daya saing. Dukungan ini di harapkan dapat membantu industri mebel Indonesia bertahan dari kombinasi tekanan pelemahan rupiah dan tarif impor. Dan menjaga keberlanjutan ekspor ke pasar AS dan pasar internasional lainnya.
Nestapa Mebel Lokal: Rupiah Melemah, Impor Mencekik
Selain itu, masih membahas Nestapa Mebel Lokal: Rupiah Melemah, Impor Mencekik. Dan fakta lainnya adalah:
Posisi Indonesia Di Pasar Global
Indonesia saat ini menempati posisi yang relatif kecil di pasar global furnitur, terutama di pasar Amerika Serikat yang merupakan salah satu tujuan ekspor utama. Pada tahun 2024, pangsa pasar furnitur kayu Indonesia di AS tercatat hanya sebesar 2,3%. Atau setara dengan nilai ekspor sekitar USD 64,6 juta. Posisi ini menempatkan Indonesia di peringkat kedelapan di antara negara-negara pengekspor furnitur ke AS. Sebaliknya, negara pesaing seperti Vietnam dan China mendominasi pasar AS dengan pangsa yang jauh lebih besar. Vietnam memiliki pangsa pasar 45,8% atau sekitar USD 3,7 miliar. Sedangkan China menempati 26,9% atau USD 2,19 miliar. Dominasi negara-negara ini membuat Indonesia sulit bersaing. Terutama ketika menghadapi tekanan tambahan. Contohnya seperti pelemahan rupiah dan tarif impor dari AS. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun industri furnitur Indonesia memiliki kualitas dan kreativitas yang baik.
Kemudian juga dengan posisi di pasar global masih terhimpit. Rendahnya pangsa pasar disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keterbatasan kapasitas produksi. Dan juga biaya produksi yang tinggi akibat impor bahan baku. Serta dengan tantangan logistik dan distribusi. Di tambah lagi, tarif impor AS yang baru semakin menurunkan daya saing produk Indonesia. Jika di bandingkan produk dari negara lain yang lebih efisien dalam biaya produksi dan ekspor. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menekankan pentingnya dukungan pemerintah. Terlebihnya untuk memperbaiki posisi Indonesia di pasar global. Strategi yang di ajukan meliputi promosi produk di pameran internasional. Dan juga peningkatan kualitas dan efisiensi produksi. Serta dengan pemberian insentif fiskal untuk mendukung ekspor. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memperluas pangsa pasar, meningkatkan volume ekspo. Dan memperkuat daya saing industri furnitur Indonesia di tingkat global. Secara keseluruhan, posisi Indonesia di pasar global furnitur masih relatif kecil.
Nestapa Mebel Lokal: Rupiah Melemah, Impor Mencekik Yang Kian Memburuk
Selanjutnya juga masih membahas Nestapa Mebel Lokal: Rupiah Melemah, Impor Mencekik Yang Kian Memburuk. Dan fakta lainnya adalah:
Upaya Mitigasi Dan Tuntutan HIMKI
Tentu kedua hal ini yang menghadapi tekanan ganda dari pelemahan rupiah dan kebijakan tarif impor Amerika Serikat. Sehingga memerlukan upaya mitigasi yang terstruktur. Dalam hal ini, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI). Karena mengambil peran penting sebagai wadah koordinasi dan advokasi bagi para pelaku industri. HIMKI mengajukan beberapa langkah strategis yang bertujuan untuk menjaga keberlangsungan industri. Serta meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global. Langkah pertama yang di ajukan HIMKI adalah dukungan pemerintah dalam promosi ekspor dan pameran internasional. HIMKI mendorong pemerintah untuk menjadi sponsor utama paviliun Indonesia di berbagai pameran di pasar potensial.
Contohnya seperti Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, India, dan Afrika. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan visibilitas produk furnitur Indonesia. Kemudian menarik minat pembeli asing, dan memperluas jaringan distribusi global. Dukungan semacam ini di anggap vital karena eksposur internasional akan membantu Indonesia meningkatkan pangsa pasar. Terlebihnya di tengah persaingan yang ketat dengan negara-negara seperti Vietnam dan China. Langkah kedua adalah deregulasi dan penyederhanaan proses ekspor. HIMKI menyoroti adanya regulasi yang tumpang tindih dan prosedur berlapis. Terlebihnya seperti sertifikasi SVLK yang rumit, karantina berulang. Serta persyaratan ekspor yang berbeda di setiap kementerian. Regulasi yang kompleks ini menambah biaya operasional. Dan memperlambat proses ekspor, dan menurunkan daya saing produk. HIMKI mendorong pemerintah untuk menyederhanakan prosedur tersebut.
Jadi itu dia beberapa fakta tentang tarif impor naik akibat rupiah melemah dan membuat Mebel Tertekan.